TRIHATMA KUSUMA HALIMAN
Trihatma Kusuma Haliman adalah generasi kedua keluarga Haliman, pendiri
Podomoro Group. Ayahnya, Anton Haliman, membangun antara lain
perumahan Simprug dan Sunter Podomoro. Setelah Trihatma mengendalikan
perusahaan ini, di tangan Trihatma lah, Agung Podomoro berkembang
menjadi perusahaan pengembang terkemuka di Indonesia.
Saya punya
motto, living in harmony and peaceful mind. Orang mau ribut-ribut, saya
cuek saja. Mitra usaha saya banyak. Di Senayan City saja, mitra saya
ada sebelas orang. So far, kami tidak ribut-ribut. Agung Podomoro
kini sudah dan sedang membangun 59 proyek properti, mulai dari properti
untuk masyarakat menengah bawah, menengah, dan menengah atas. Semua
segmen pasar dimasuki Agung Podomoro.
Lahir di Jakarta, 6 Januari
1952, Trihatma Kusuma Haliman sempat mengenyam pendidikan di Jerman
1970-1973. Namun sang ayah memanggilnya pulang ke Indonesia untuk
membantu mengelola perusahaan properti. “Jadilah saya lulusan
universitas APG,” seloroh Trihatma Kusuma Haliman dalam percakapan
dengan Kompas.com di Central Park Jakarta, Selasa (22/3/11) sore.
Berikut
ini bagian kedua wawancara eksklusif dengan Trihatma Kusuma Haliman,
Presiden Direktur Agung Podomoro Land (APL) oleh Robert Adhi
Kusumaputra dari Kompas.com selama 100 menit.
Apakah Agung Podomoro melakukan ekspansi ke luar Jakarta?
Beberapa
kota di luar Jakarta yang punya potensi bagus adalah Bandung,
Makassar, Balikpapan, Samarinda. Kami akan berekspansi ke sana. Jadi
Agung Podomoro Land akan ke kota-kota tersebut.
Agung Podomoro
Land juga masuk ke Karawang, Jawa Barat. Mengapa Karawang? Kota ini
kota lama, di mana cukup banyak orang berada di sekitar Karawang.
Banyak petani kaya, tapi kotanya begitu-begitu saja. Ada staf saya yang
menjadi tokoh masyarakat di sana bilang pada saya, ada proyek properti
yang macet dan disita bank. Saya cek ke sana, ternyata lokasi proyek
dekat dengan kota. Proyek itu sudah tidak terurus. Dua bulan lalu kami
membeli murah proyek seluas 40 hektar itu. Kami langsung tancap bendera
Agung Podomoro, tak lama harga tanah di sana sudah naik tiga kali
lipat. Kami bangun perumahan (landed houses).
Kami sepertinya
tukang reparasi ya…Seperti juga proyek Senayan City dan Plaza Semanggi,
sebelumnya proyek macet. Tapi setelah kami masuk dan kami benahi,
Senayan City dan Plaza Semanggi sudah bagus. Plaza Semanggi saya jual
ke Lippo karena harganya bagus. Mengapa saya jual? Saya tidak jatuh cinta pada properti saya. Tapi saya lebih cinta pada keluarga saya. Ha-ha-ha.
Apa yang membuat Pak Trihatma sukses mereparasi proyek-proyek macet?
"Saya
punya motto, living in harmony and peaceful mind. Orang mau
ribut-ribut, saya cuek saja. Mitra usaha saya banyak. Di Senayan City
saja, mitra saya ada sebelas orang. So far, kami tidak ribut-ribut.
Saya
ambil sisi positifnya saja bahwa banyak mitra artinya sinergi menjadi
kuat. Kalau kita hidup dalam harmoni, kita bisa memecahkan persoalan
lebih mudah. Peaceful of mind. Ini kunci menjadi besar. Kalau sering
berantem, energi malah cepat habis."
Bagaimana Pak Trihatma yakin
bisa sukses membangun proyek properti seperti Senayan City di seberang
Plaza Senayan yang sudah ada, atau proyek Podomoro City di sebelah Mal
Taman Anggrek yang sudah lama ada?
"Benar, Senayan City ada di
seberang Plaza Senayan, Podomoro City ada di sebelah Mal Taman Anggrek.
Mengapa bisa yakin sukses? Saya berpikir keduanya bisa saling
melengkapi. Plaza Senayan, mal yang sudah lama dibangun, tak bisa
sendirian tumbuh. Kehadiran Senayan City malah membawa tambahan magnet
bagi orang datang ke satu kawasan di Senayan.
Saya sedang
mengusulkan antara Senayan City dan Plaza Senayan bisa terhubung dengan
tunnel, terowongan bawah tanah. Bahkan tunnel ini bisa bersambung ke
kawasan SCBD, sehingga akan dapat mengurangi lalu lintas kendaraan. Ini
akan membuat gaya hidup sehat dengan berjalan kaki makin meluas."
Menurut Pak Trihatma, bagaimana prospek properti di Indonesia saat ini dan tahun mendatang?
"Dengan
populasi Indonesia 200-an juta, pasar properti di Indonesia sangat
besar. The Greater Jakarta , Jakarta plus Jabodetabek sudah 30 juta
penduduk. Ini potensi pasar yang luar biasa, tapi suplai masih
terbatas.
Middle class (kelas menengah) saat ini tumbuh sangat cepat. Jadi saya sangat optimistis sektor properti juga tumbuh cepat.
Membangun
rumah bagi kami adalah ibadah. Kalau bisa menyediakan tempat tinggal
dengan harga terjangkau dan bisa dibeli masyarakat luas, kan pahalanya
besar. Kami dapat untung, memang iya, tapi bukan berarti mengambil
sangat banyak. Margin keuntungan memang sedikit tapi jika volumenya
besar, toh jumlahnya besar juga.
Segmen pasar high-rise Agung
Podomoro Land beragam, mulai dari middle low, middle, sampai middle up
dengan harga maksimal Rp 9 miliar per unit. Masing-masing ada pangsa
pasar tersendiri.
Kami harus tahu keinginan konsumen. Seperti
halnya fashion yang selalu berganti-ganti, kecenderungan tren properti
juga demikian. Sekarang kebutuhan konsumen adalah properti hijau. Jadi
di Podomoro City, kami bangun taman seluas 1,5 hektar untuk outdoor
sitting. Luas ruang terbuka hijau total 4 hektar. Ini sangat dibutuhkan
agar penghuni bisa bersosialisasi, bermain, bersantai sehingga tidak
stres.
Di lingkungan GreenBay Pluit, kami menyediakan botanical
garden seluas 3 hektar. Respon konsumen sangat bagus, Dari 10.000 unit
apartemen GreenBay yang kami pasarkan, sudah terjual 4.000 unit dalam
satu tahun. Jadi mereka melihat green property yang ada di sana. Juga
ada mal di tepi laut dengan dermaga. Ini punya nilai jual yang tinggi
sehingga banyak orang membeli apartemen GreenBay. Ini cash flow buat
kami."
Dalam operasional Agung Podomoro Land, apakah Pak Trihatma melibatkan putra putri dalam perusahaan ini?
"Ada
satu putra yang ikut saya. Namanya Putra Haliman, usianya 24 tahun.
Sekarang dia dalam proses belajar. Dan karena dasar pendidikannya sudah
baik, dia cepat sekali belajar. Putra belajar finance di University of
Southern California (USC), Amerika Serikat. Jadi soal keuangan, dia
jadi penasihat saya.
Ayah saya, Pak Anton Haliman selalu bilang
pada saya, ibaratnya seperti burung, secara alamiah pasti bisa terbang.
Kalau sayap sudah keras, pasti bisa terbang. Anak saya juga demikian.
Secara alamiah, dia bisa dan butuh panduan. Tapi kalau tak berani
terbang, burung itu akan jatuh.
Sebagai orangtua, saya membimbing
dia agar punya keberanian dan pengalaman. Pengalaman itu sangat penting
karena tidak diajarkan di sekolah. Saya masukkan anak saya ke Ring 1,
bergaul dengan senior-senior. Dia ikut roadhow, IPO.
Dia belajar
dari dasar, dan tidak manja. Saya mau kasih mobil baru, dia tidak mau.
Biasanya orang Asia terlalu manja pada anak. Tapi saya bersyukur anak
saya tidak mau dimanja. Putri saya, Rosa, misalnya mau naik bus waktu
kuliah di Amerika. Ini latihan bagi dia agar tahu hidup bermasyarakat.
Dia tetap naik VW lama meski saya mau belikan yang baru, dia tidak mau.
Orangtua
saya mendidik kami dengan disiplin dan punya dedikasi pada anak-anak.
Meski orangtua kami orang kaya dan berada, tapi hidup sangat sederhana.
Saya sudah terbiasa hidup seperti itu. Anak-anak saya mengadopsi sikap
hidup seperti itu. Dan saya bangga pada mereka berdua.
Bagaimana Anda mempersiapkan perusahaan ini agar tetap hidup 100 tahun, bahkan 1.000 tahun lagi?
"Yang
terutama adalah sumber daya manusia berkualitas, quality of people.
Ini semua diharapkan oleh semua orang, termasuk mitra. Kalau semua
pegang komitmen, semua menjalakan perusahaan ini secara profesional.
Kalau
anak saya mampu masuk di Ring 1, silakan dia masuk. Tapi para
profesional terus bekerja dalam perusahaan ini. Siapapun yang memimpin
perusahaan ini, tak masalah, asal bisa berkembang secara profesional.
Jadi tak ada sentimen keluarga. Kalau kapabel, silakan. Banyak investor
juga mengharapkan anak saya meneruskan usaha ini.
Ketika saya
ikut ayah saya mengelola usaha properti ini, saya 13 tahun belajar
dahulu. Pada usia 30 tahun, saya merasa siap, saya ambil Indovica dan
mengembangkan Agung Podomoro. Jadi pengalaman selama 13 tahun itu cukup
lama. Mudah-mudahan anak sekarang bisa lebih cepat belajar.
Saya
paham bahwa tidak selalu mudah mengajarkan anak-anak. Ini soal intuisi
bisnis. Misalnya saya bawa anak-anak saya ke calon lokasi GreenBay yang
awalnya sangat kumuh dan berupa rawa-rawa. Mereka tanya pada saya,
‘papi, kok ambil tanah ini?’. Mata saya dengan mata mereka berbeda.
Saya bilang, jangann lihat kondisi sekarang yang kumuh. Tapi bayangkan
jika GreenBay sudah jadi.
Kondisinya sama dengan Podomoro City
yang awalnya tanah kosong dan rawa. Tapi setelah Anda lihat, Podomoro
City sekarang pasti sangat berbeda dengan tahun-tahun lalu.
Sekarang
saya bangun Podomoro City segede gajah. Bangunannya seluas 600.000
meter persegi sampai 1 juta meter persegi. Untuk membangun superblok
seluas itu, dibutuhkan panduan. Kalau nanggung, bisa gagal. Jadi saya
bilang sama semua staf saya bahwa kita harus total football dan all
out. Kita harus fokus, konsentrasi menyelesaikan proyek ini, dan punya
manajemen yang solid. Kita harus bisa mewujudkan mimpi menjadi
kenyataan. Dan nyatanya mimpi itu pelan-pelan terwujud."
Dari mana duit untuk membangun proyek-proyek ini, Pak Tri?
"Duit
dari mana? Kalau memang sudah punya niat untuk berhasil, saya yakin
bisa. Jadi kuncinya, trust, kepercayaan. Dalam kondisi krisis global,
Agung Podomoro Land tetap menyelesaikan proyek dan tidak
menghentikannya.
Jadi aset-aset kami yang bisa dilepas, kami
lepas. Janganlah ingin semua dipegang. Jadi kami lepas dua-tiga proyek,
tapi dua proyek lain berjalan cepat. Jadi dalam kondisi sulit, krisis
global, kami melepas tiga proyek lain, tapi mampu menyelesaikan dua
proyek lain.
Ini komitmen kami pada tenant, pada konsumen. Nama harus
terjaga baik. Toh kalau punya uang, kami bisa beli lagi proyek-proyek
yang dilepas itu. Namun cash tetap menjadi raja, bukan landbank yang
luas. Jadi dari hasil penjualan proyek yang dilepas, kami dapat Rp 3,2
triliun. Kami bisa menyelesaikan proyek Podomoro City dan Kuningan City
tepat waktu.
Kami beruntung memiliki sumber daya manusia
berkualitas, quality of people yang bagus. Kami juga memiliki landbank
yang bagus untuk proyek-proyek masa depan Agung Podomoro.
Saya
masih punya mimpi besar, yang kalau diwujudkan, akan membuat Agung
Podomoro Land makin menjadi raksasa properti di Indonesia."
Kalau Anda
tanya, di mana landbank Agung Podomoro? Saya tak perlu khawatir soal
landbank. "Jakarta masih luas. Apalagi Bodetabek. Masih banyak kantong
yang bisa dibangun untuk proyek properti selanjutnya di The Greater
Jakarta dan pantua Jawa. Setiap hari, banyak mitra yang menawarkan
lahannya untuk dibangun oleh APL.
Berapa proyek properti yang ditangani Agung Podomoro Land sampai saat ini?
Pertama,
Podomoro City, superblok seluas 21 hektar di Jakarta Barat dengan 11
menara apartemen, 85 ruko, 216 ruang perkantoran, sebuah mal eksklusif,
hotel bintang lima Pullman yang dikelola Accor dengan 370 kamar.
Podomoro City mendapat pemghargaan sebagai The Best Superblock and High
Rise Residence dari Majalah Property and Bank tahun 2009 dan The Best
Superblock Concept and Well Integrated Mixed Use Development dari media
yang sama tahun 2010.
Kedua, GreenBay Pluit, superblok di lahan
seluas 12 hektar di tepi pantai utara Jakarta. Superblok ini meliputi
12 menara apartemen, satu shopping arcade, dan satu pusat perbelanjaan,
dengan 3,5 hektar botanical garden.Pusat makanan akan buka selama 24
jam. Ketiga, Senayan City, salah satu mal yang sering dikunjungi dan
populer saat musim midnight sale. Superblok Senayan City selain mal,
juga dua menara perkantoran modern dan satu menara apartemen mewah.
Keempat, Lindeteves Trade Center di Glodok, Jakarta Barat, yang
memiliki dua penyewa utama, yaitu Giant dan Sun City.
Kelima,
rusunami Gading Nias Residences di Jakarta Utara. Keenam, Kuningan City
di Jakarta Selatan. Ketujuh, The Lavande di lahan seluas 1,1 hektar
dengan 746 unit apartemen. Kedelapan, superblok Festival Citilink
Bandung di lahan seluas 3 hektar, meliputi mal, hotel bintang tiga,
satu kondotel dan satu ruang konvensi. Tiga proyek terbaru pasca-IPO
adalah Green Lake Sunter, Green Permata Pos Pengumben dan Green Taruma.
China,
termasuk Hong Kong, saat ini mengalami “bubble” dalam industri
properti. Harga apartemen selangit sehingga rakyat di sana tak mampu
membelinya. Menurut Pak trihatma, langkah apa yang harus dilakukan
pemerintah agar “bubble” tidak terjadi di Indonesia?
Yang saya tahu,
Pemerintah China terus berusaha untuk mendinginkan pasar properti agar
tidak terjadi “bubble”. Di Indonesia, memang sempat dikhawatirkan jika
orang asing diizinkan membeli properti di sini, harga rumah akan
melambung tinggi.
Tapi sebagai pengembang, kami harus bisa
mengukur daya beli masyarakat Indonesia. Membangun apartemen jangan
hanya untuk kelas atas, tapi juga untuk masyarakat menengah dan
menengah bawah. Buktinya kami bisa menjual 60.000-an unit apartemen,
sold out, habis, tak pernah ada stok tersisa."
Jadi kalau
pengembang membangun hunian dengan harga terjangkau, pasti laris.
Sasaran kami bukan investor atau spekulan, tapi end-user. Nah, bubble
terjadi karena banyak spekulan yang membeli lalu menggorengnya dengan
harga lebih mahal.
Jadi pemerintah harus melanjutkan kebijakan
rusunami karena pembelinya sebagian besar end-user. Lihat saja contoh
Kalibata City dengan 12.000 unit rusunami. Laris manis.
Jadi
kita tidak perlu takut terjadi bubble. Saya kira pengembang Indonesia
masih punya moral. Pengembang membangun hunian yang bisa dijangkau dan
dibeli sebagian besar masyarakat, selain hunian high-end. Dan Agung
Podomoro Land membangun dan memasarkan hunian segala lapisan, tetap
laris, laku keras. Kewajiban pengembang, membantu masyarakat menengah
bawah.
Apa filosofi hidup Pak Trihatma?
Filosofi hidup saya
very simple. Yang penting how to make everybody happy. Membuat mitra
saya senang. Jadi living on harmony and peaceful. Kalau itu dilakukan,
pasti hidup kita sukses. Karena dalam jiwa yang sehat, terdapat tubuh
yang sehat, dan jika tubuh kita sehat, ide-ide cemerlang akan muncul.
Harmonisasi ini sangat penting karena jika kita hidup harmonis, akan
bisa melahirkan konsep yang besar.
Kita makan cukup dengan satu
piring nasi, tapi kita bisa memberikan banyak lapangan kerja. Di
Senayan City misalnya, ada 250 karyawan tetap, namun jumlah orang yang
hidup dari sana bisa mencapai 5.000 orang. Saya puas bisa menciptakan
banyak lapangan kerja yang banyak. Ini menimbulkan rasa percaya diri
dan keyakinan untuk meneruskan proyek lainnya.
Agung Podomoro Land berencana membangun universitas. Apa pertimbangannya?
"Ini
baru exercise. Universitas dibutuhkan karena kami berpikir jauh ke
depan. Kami ingin anak-anak kita mendapatkan pendidikan di dalam negeri
yang berkualitas. Kita mampu membuat universitas yang baik di dalam
negeri. Kita belajar sistem dari luar negeri dan kita mengelola sistem
itu. Saya berpikir ke arah sana. Karena apa? Karena anak-anak Indonesia
yang belajar di luar negeri, setelah pulang ke Indonesia, kulturnya
sudah beda. Ketemu keluarga seperti orang asing. Padahal nilai-nilai
Asia harus tetap dijaga dan dipelihara. Jika sistem di luar negeri maju
dan bagus, mengapa tidak dibawa ke dalam negeri saja, ke Indonesia,
agar nilai-nilai Indonesia tetap ada.
Selain itu, kami membutuhkan
sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Masak mencari manajer
mal harus orang Malaysia, orang Australia? Masak mencari ahli
kelistrikan harus orang Filipina? Mengapa tak ada orang Indonesia
sendiri yang mengelola mal kita? Jadi menciptakan SDM berkualitas itu
sangat penting."